BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penderitaan
yang dialami bangsa Indonesia selama penjajahan telah menimbulkan kesadaran
bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dapat memerdekakan
diri dari penjajah. Perjuangan bangsa Indonesia dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat untuk mengusir penjajah, baik dari kaum ulama, pelajar, dan
mahasiswa. Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan usaha yang gigih
dan semangat tinggi. Tokoh-tokoh penting berusaha keras dalam mempersiapkan
kemerdekaan dan merumuskan dasar negara.
Namun
saat ini generasi muda kita masih banyak yang belum menyadari pentingnya suatu
persaudaraan.Itu bisa kita utarakan berdasarkan fakta yang ada,masalah kecil
saja bisa jadi masalah besar yang memicu timbulnya suatu perselisihan.Entah apa
penyebab semua itu sehingga para generasi penerus bangsa semakin sulit untuk di
atur.
Marilah kita teladani sikap dan semangat dari
para tokoh pejuang kita. Kalian sebagai generasi bangsa ikut ambil bagian dalam
perjuangan bangsa untuk membebaskan diri dari kebodohan. Tugas kita untuk
mengisi kemerdekaan dengan sikap dan semangat rajin belajar.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
upaya para pejuang kita dalam mempersiapkan atau mencapai suatu kemerdekaan.
C. Tujuan
Penulisan
Pembaca
dapat mengetahui dan menyadari betapa besarnya pengorbanan para pejuang kita
untuk merdeka.
D. Mamfaat
Penulisan
Sebagai
sumber inspirasi,dan pembelajaran yang dapat menambah wawasan bagi sipembaca
untuk menyadari betapa pentingnya kita meneladani sikap dan semangat juang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekalahan
Jepang dalam Perang Pasifik
Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya.
Perang ini terjadi antara Jepang dengan Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika
Serikat, Britania Raya, Filipina, Belanda, dan Selandia Baru). Dalam Perang
Pasifik, Pulau Saipan jatuh ke tangan pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini
terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin
terancam, karena di berbagai wilayah peperangan Jepang selalu menemui
kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso
memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk
menarik simpati rakyat Indonesia.
Tentara Jepang pada masa Perang Pasifik semakin
terdesak dan mengalami kekalahan. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia
bersiap-siap mempertahankan diri. Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia,
pada tahun 1942–1945 Indonesia dibagi dalam dua wilayah kekuasaan. Dua wilayah
kekuasaan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Wilayah komando angkatan laut yang berpusat di
Makassar, meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
2.
Wilayah komando angkatan darat yang
berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra, dan Malaya. Pusat komando
untuk seluruh kawasan Asia Tenggara terdapat di Dallat (Vietnam).
Setelah Sekutu berhasil menguasai Pulau Irian dan
Pulau Morotai di Kepulauan Maluku, maka tanggal 20 Oktober Jenderal Douglas Mac
Arthur menyerbu Kepulauan Leyte (Filipina), dan tanggal 25 Oktober Jenderal
Douglas Mac Arthur mendarat di Pulau Leyte. Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu
berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara
Jepang semakin lemah. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang
mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera
Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu
Kebangsaan Jepang Kimigayo.
Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak
kekalahan. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom
oleh Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang memberikan janji kemerdekaan
yang disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan
kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau membantu
Jepang yang semakin terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana. Dalam
situasi yang semakin kritis, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga
tindakan sebagai berikut.
1.
Membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.
2.
Mempersiapkan
lembaga latihan nasional (Kenkuko Gakuin) yang melatih dan mendidik pemimpin
negara yang baru.
3.
Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan
Indonesia. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan didampingi dua orang wakil yaitu
Icibangase dan R.P. Soeroso. Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan organisasi
pemerintahan yang akan menerima kemerdekaan dari pemerintahan Jepang. Pada
tanggal 28 Mei 1945 diadakan upacara pembukaan BPUPKI di Jalan Pejambon Jakarta
atau tepatnya di Gedung Cuo Sangi In. Dalam upacara tersebut Jepang diwakili
oleh Jendral Itagaki dan Nagano. BPUPKI menggelar sidang pertama pada tanggal
29 Mei – 1 Juni 1995 yang menyepakati bentuk negara republik dengan kepala
negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh seorang presiden. Dalam rapat ini
juga dibahas dasar negara republik Indonesia serta mengenai pembentukan sebuah
panitia yang disebut Panitia Sembilan. Adapun anggota panitia sembilan tersebut
adalah sebagai berikut.
1.
Ir.
Soekarno (ketua)
2.
Drs.
Mohammad Hatta (wakil ketua)
3.
Mr.
Ahmad Soebarjo
4.
Abdul Kahar Muzakir
5.
Abikusno
Cokrosuyoso
6.
K.H. Wahid Hasyim
7.
Mohammad Yamin 8. Mr. A.A. Maramis 9. Haji
Agus Salim
Sebelum janjinya terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus
1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang
tersebut masih dirahasiakan. Tetapi salah seorang pemuda Indonesia yaitu Sutan
Syahrir mendengar lewat siaran radio luar negeri. Akhirnya pada tanggal 15
Agustus golongan pemuda yang terdiri dari Wikana, Sutan Syahrir, Darwis dan
lain-lain mendesak Bung Karno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini ditolak oleh para golongan tua dengan alasan harus dibicarakan dalam
sidang PPKI.
Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta,
Ahmad Soebarjo, Dr. Rajiman dan sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung
Karno dan Bung Hatta diculik oleh golongan muda dibawa ke Rengasdengklok.
Tujuan mereka adalah mengamankan tokoh bangsa dari pengaruh Jepang. Mereka
meyakinkan Soekarno bahwa jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan Jepang, apa pun resikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana dan
golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo
menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian
Yusuf Kunto diutus untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad
Subardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru
memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju
ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan
Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda
menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. Malam
harinya, Soekarno dan Hatta kembali bertemu dengan Letnan Jenderal Moichiro
Yamamoto, komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di
Hindia Belanda dengan sepengetahuan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara
Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang
lagi untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu, mereka bermalam di kediaman
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1). Pada pukul 02.00 WIB malam itu
diadakan rapat PPKI yang dipimpin oleh Bung Karno bertempat di kediaman
Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk merumuskan
teks proklamasi dan membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua
dalam penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00
– 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di kediaman Soekarno, Jln.
Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Naskah proklamasi disusun oleh tiga orang, yaitu
Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Teks proklamasi terdiri dari dua
kalimat, yang ditulis oleh Bung Karno. Kalimat pertama dikutip oleh Mr. Ahmad
Soebarjo dari piagam Jakarta, kemudian Bung Hatta menyempurnakan dengan kalimat
kedua. Pada awalnya, para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan
semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak yang masih
menguasainya. Tetapi, mayoritas anggota PPKI tidak menyetujuinya. Pada
akhirnya, disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. Para
pemuda juga meninginkan agar naskah proklamasi turut ditandatangani oleh enam
pemuda bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Mereka
beranggapan bahwa PPKI adalah wakil Jepang. Kemudian dicapailah kesepakatan
dengan menuliskan “atas nama bangsa Indonesia”. Naskah teks proklamasi
disepakati dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Penandatanganan teks
proklamasi dilakukan oleh dua tokoh tersebut atas usul Sukarni. Tokoh yang
hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya Chairul Saleh, Sukarni, Sayuti
Melik, B.M Diah, Sudiro, dan tokoh-tokoh tua yang lain.
Sesuai janji Ahmad Soebarjo, esok harinya Jumat 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, diadakan upacara bendera dan
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tepat pukul 10.00 WIB
Ir. Soekarno berpidato singkat dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Acara selanjutnya upacara pengibaran bendera sang merah
putih oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat yang diiringi dengan lagu
Indonesia Raya. Bendera tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Tokoh
yang hadir di antaranya adalah Ki Hajar Dewantara, Dr. Moewardi, A.A. Maramis,
A.G. Pringgodigito dan tokoh-tokoh dari PPKI maupun para pemuda. Pada saat itu
yang hadir lebih dari seribu orang. Guna mengenang jasanya maka Ir. Soekarno
dan Moh. Hatta dijuluki sebagai pahlawan proklamator Indonesia.
Berita proklamasi di siarkan ke seluruh dunia melalui
Gedung Kantor berita ANTARA. Pada masa pendudukan Jepang, ANTARA diganti
namanya menjadi Yashima. Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka.
Kemerdekaaan yang kita nikmati sekarang bukanlah
hadiah dari pemerintah Jepang atau pemerintah Belanda. Kemerdekaan ini adalah
hasil perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia mengusir
penjajah sudah dimulai sejak penjajah menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya para tokoh atau pahlawan yang berjuang
melawan penjajah. Namun, perjuangan itu selalu mengalami kegagalan karena tidak
adanya rasa persatuan dan kesatuan. Masing-masing tokoh berjuang untuk membela
dan mempertahankan daerahnya sendirisendiri. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
merupakan tokoh proklamator Indonesia. Keduanya berjuang dengan sungguh-sungguh
agar Indonesia dapat meraih kemerdekaannya. Setelah Indonesia merdeka, Ir.
Soekarno dijadikan presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Untuk
menghargai jasa kedua proklamator tersebut, pemerintah membangun monumen
proklamasi yang bertempat di Jakarta. Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di
Purworejo pada 9 Maret 1903. W.R. Soepratman bekerja sebagai wartawan di sebuah
surat kabar Tionghoa–Melayu bernama Sin Po. Di surat kabar itu, Soepratman
mendapat tugas menulis perkembangan kebangsaan Indonesia. Karena itu ia menjadi
akrab dengan para tokoh gerakan kebangsaan di Jakarta.
Pada Kongres Pemuda I di Jakarta, Soepratman mendapat
tugas untuk meliputnya. Soepratman sangat terkesan dengan keputusan tersebut
sehingga ia menciptakan sebuah lagu dengan judul Indonesia Raya. Lagu tersebut
diperdengarkan pertama kali dalam acara penutupan Kongres Pemuda II tanggal 20
Oktober 1928. Soepratman membawakan lagu Indonesia Raya dengan khitmat dan
diiringi dengan alat musik biola. Setelah Indonesia merdeka, lagu Indonesia
Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, Wage Rudolf
Soepratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Beliau
meninggal dunia karena penyakit paru-paru tanggal 17 Agustus 1938. Hari
kelahiran Soepratman, 9 Maret oleh Megawati saat menjadi presiden Republik
Indonesia diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Hal tersebut dilakukan untuk
mengenang jasa-jasa beliau kepada bangsa Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa perang pasifik
(Perang Asia Timur Raya) keadaan Jepang terdesak bahkan mengalami kekalahan. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri. Menjelang
akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada tanggal 14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.Dan masih di rahasiakan.
pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri
dari Wikana, Sutan Syahrir, Darwis dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk
segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditolak oleh para golongan
tua dengan alasan harus dibicarakan dalam sidang PPKI.
1.
Peristiwa
Rengasdengklok (Jawa Barat)
2.
Perumusan Teks
Proklamasi
3.
Detik-Detik
Proklamasi
B.
Saran
Marilah kita teladani
sikap dan semangat dari para tokoh pejuang kita. Tugas kita untuk mengisi
kemerdekaan dengan sikap dan semangat rajin belajar agar terhindar dari
kebodohan
DAFTAR
PUSTAKA
Crayonpedia(2009).Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Dan Perumusan DasarNegara.Fromhttp://www.crayonpedia.org/mw/PERSIAPAN_KEMERDEKAAN_INDONESIA_DAN_PERUMUSAN_DASAR_NEGARA_5.2_SITI_S,
13 September 2012,pukul 00.00.
No comments:
Post a Comment