Kisah Sukses Seorang Mahasiswa yang Malas ke Kampus
Kali ini saya akan menceritakan
salah satu kisah Seorang Direktur PT. Ternama di Makassar. Sebelumnya
perkenalkan saya adalah seorang karyawan yang berasal di Daerah yaitu kab.
Bulukumba. Tepat pada hari jum”at sore, saya kebetulan pulang bareng sama direktur
saya, karena ada berbagai berkas dan file penting yang akan saya serahkan
kepada beliau untuk di setujui. Sampai akhirnya ditengah perjalan saya di ajak
untuk sejenak ke Pantai Losari, katanya dia perlu refresing sekaligus kangen
dengan pisang epenya pantai losari. Singkat
cerita, sampai disana kebetulan dia butuh untuk liburan keluar kota, dan
katanya dia penasaran dengan pantai bira. Sontakpun dia kaget ketika saya
mengatakan kalau saya aslinya dari Bulukumba. Memang sih sejauh ini dia tuh
belum pernah nanya soal asal usul saya. Dia hanya nanya kerjaan gimana? Udah
beres apa belum? Dan lain Sebagainya. Direktur saya ini bisa dibilang
basiclynya rada2 cuek, kurang terbuka, dan gak suka neko2 namun loyalitas atau
nilai sosialnya cukup tinggi.,ahhh pokonya semacam itulah,,,,!!!
Dia pun mengajak saya untuk ikut
bersamanya, ya namanya seorang karyawan diajakin bos, pastinya susah nolak,
bahkan kepentingan seorang bos lebih dari segalanya. Itung2 saya pun bisa balik
kampung, dan merasakan indahnya keindahan Alam yang ada di sana, jauh dari
kebisingan, macet, dan masih bebas dari polusi udara, dan tentunya bisa liburan
gratis. Disinilah kisah kesuksesan pak Bos mulai terungkit. Singkat cerita,
tibala saatnya sabtu pagi saya berangkat ke Pantai Bira yang letaknya sekitar 4
sampai 5 jam dari kota Makassar, agar perjalan tidak begitu kaku, maka saya
berinisiatif supaya pembicaraan saya memiliki pertanyaan dari A sampai Z, saya
coba untuk memberikan sedikit stimulus kepada bos terkait kisah kesuksesannya.
Spontan pun si boss memberikan resphon yang cukup baik, dan ternyata dia adalah
orang dulu masuk kategory Malas ketika di Bangku kuliah. Dia menceritakan
kisahnya, bahwa apa yang dia dapat di bangku kuliah selalu dia anggap sesuatu
yang biasa saja. Hanya saja alasan dia bertahan karena tuntutan Gelar. Ya gak
papa lah saya jalani saja demi mendapatkan gelar Sarjana ujarnya. Meskipun ada
beberapa mata Kuliah yang dia senangi, namun tak sedikit yang dia anggap
hanyalah sebuah penguluran waktu saja untuk menjadi sarjana.
Lanjutcerita, mindset dia pada
waktu itu, menganggap bahwa pembelajaran di Kampus kebanyakan teory yang hanya
membuat otak kita bekerja secara gratis, bagaimana tidak teory yang belasan
tahun masih saja di pelajari. Anggapannya bahwa teory tersebut hanyalah sebuah
statetment yang berasal dari satu orang, sementara kita tau bahwa setiap orang
memiliki bakat/kemampuan yang berbeda. Intinya setiap orang memiliki pola pikir
dan kebiasaan yang berbeda, bagaimana mungkin kita terdokrin terhadap suatu
pendapat saja. Darisitulah dia selalu menghubungkan antara teory yang ia
pelajari dengan manfaat dan kegunaanya di dunia nyata, alhasil segala sesuatu
yang di butuhkan untuk bertahan hidup di dunia nyata, itu tak tak serumit
dengan pembelajaran di kampus, bahkan ironisnya dia beranggapan bahwa ada
banyak pelajaran yang ia peroleh tak ada hubunganya sama sekali dengan dunia
nyata. Belajar sampai larut malam, kekampus setiap hari, toh paling beruntung
jika sesuatu yang ia pelajari bisa bertahan sampai satu minggu, bahkan ada
beberapa yang hanya bertahan sehari atau dua hari saja. Panjang deh ceritanya,
intinya bahwa bos saya memiliki alasan untuk malas karena dia hanya ingin
mempelajari sesuatu yang pasti2 saja dan sesuai dengan apa yang dia butuhkan.
Pembelajaran yang bisa saya petik dari cerita bos saya bahwa jangan terlalu
menganggap remeh orang2 yang malas ketika anda kuliah, apalagi memcap dirinya
sebagai orang bodo. Karena bisa saja apa yang anda pelajari, apa yang anda
pikirkan sudah mampu dia kuasai sebelumnya. Sementara anda yang hanya mampu
berada dizona nyaman anda hanya mampu belajar banyak hal demi mendapatkan
predikat terbaik di kampus anda, belum tentu bisa memikirkan hal2 yang ada
dibenak sipemalas.
Berdasarkan realita yang anda,
penulis juga membenarkan, bahwa pengalaman dan keberanian memang selalu membawa
kita ke Zona yang rumit, membuat kita kehilangan arah dan harapan dalam setiap
kondisi. Sehingga tak jarang orang malas ketika kuliah akan mengalami suatu
kesulitan yang sangat hebat ketika berada pada tahap akhir. Misalnya saja Nilai
yang ia peroleh, tak mampu memenuhi syarat untuk menjadi seorang Wisudawan, IPK
yang ia miliki sangatlah rendah, terlebih lagi sulitnya mendapatkan pekerjaan
karena prestasi yang kurang mempuni ketika kuliah. Dan itulah yang akan menjadi
beban terberat untuk kita sebagai seorang sarjana. Namun sebagai pribadi yang
pemberani, akan selalu mampu bertahan dalam segala rintangan. Pemikiran2 yang
dia miliki selalu berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh banyak orang, membuat
lebih kreatif untuk berinovasi, Alhasil bisa kita liat Boss saya saat ini,
ketika yang lain memiliki predikat terbaik di tempat kerjanya, malah dia
memiliki anak buat dengan predikat terbaik dikantornya. Mungkin dari segi Ilmu
dia gak sehebat dengan Karyawanya, namun dari segi pengalaman dia akan dianggap
hebat oleh karyawannya. Aduhhhh capek juga ya nulis, panjang soalnya. Tapi udah
deh itu aja udah cukupko.
Pesan saya selama anda masih
duduk di bangku kuliah, jangan tunggu sampai kamu menjadi sarjana kemudian
sibuk mencari pekerjaan, ingat ilmu kuliah sudah sangat pasaran diluar sana
untuk kamu jadikan modal dalam melamar kerja, jangan takut untuk tidak
mengikuti satu atau dua mata kuliah dengan alasan Nilai, tapi iringilah dengan
berbagai aktivitas pendukung, yang paaling tidak akan membuaat kamu lebih
mengenal seperti apa dunia yang akan menyambutmu kelak. Kenali dan galilah
potensi yang ada. Karena tak selamanya anda akan berada di Zona kampus,
nantinya anda akan keluar dari sana dan pastinya anda akan menghadapi dunia
yang perjuangannya lebih berat daripada skripsi, jadi jangan saampai anda
terlambat untuk memulainya. Sekian wassalam.
No comments:
Post a Comment