SHARING SUKA SUKA

Gudang Ilmu dan Media Sharing

Total Pageviews

Wednesday, 30 May 2012

MALNUTRISI BAGI PEREKONOMIAN BANGSA INDONESIA


Jakarta, Kompas - Persoalan malnutrisi, baik kurang gizi maupun kegemukan, pada anak-anak di Indonesia akan mengancam perekonomian bangsa. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak.
Demikian disampaikan Ricardo Uauy Dagach, pakar nutrisi dan kesehatan masyarakat dari London School of Hygiene and Tropical Medicine University of London, dalam jumpa pers, Selasa (29/5), di Jakarta.
Menurut Dagach, malnutrisi pada anak dalam jangka panjang
bisa menjadi jembatan kematian pada usia muda akibat penyakit degeneratif atau kecacatan. Negara akan kehilangan investasi terbesarnya, sumber daya manusia berkualitas yang produktif untuk membangun negara.
Masalah ekonomi
Persoalan malnutrisi bukan semata-mata masalah kesehatan, melainkan juga perekonomian. Negara dan masyarakat harus mengeluarkan biaya tinggi untuk mengatasi penyakit akibat malnutrisi pada usia dini.
”Akan lebih baik jika anggaran pemerintah dihabiskan untuk pencegahan malnutrisi daripada untuk mengobati penyakit-penyakit tidak menular di kemudian hari. Negara bisa-bisa bangkrut,” kata Dagach.
Riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan tahun 2010 menemukan bahwa 17,9 persen anak usia di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi. Riset juga mengungkapkan, 14 persen anak pada kelompok usia yang sama justru mengalami kegemukan.
Dokter spesialis anak, Damayanti Rusli Syarif, dari Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia memaparkan bahwa masuknya industrialisasi memengaruhi gaya hidup masyarakat. Orangtua bekerja tidak sempat memasak untuk anak. Mereka membeli makanan siap saji yang tidak sehat agar praktis. Akibatnya, anak mengalami kegemukan.
”Di usia sekitar 40 tahun, anak-anak yang kegemukan terkena berbagai penyakit, seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit kardiovaskular yang berujung pada mati muda,” katanya.
Ironisnya, pada saat yang sama, warga miskin di pedesaan menganggap makanan sehat adalah yang mahal. Akibatnya, mereka memberi makan anak-anak seadanya sehingga perkembangan otak anak pas-pasan.
Harus direncanakan
Menurut Dagach, melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas harus direncanakan dengan baik sejak sebelum kehamilan. Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan makanan pendamping ASI sampai usia dua tahun akan sangat membantu perkembangan anak.
Ketua IDAI Badriul Hegar menyatakan, pengetahuan masyarakat terhadap makanan yang sehat sangat kurang. Oleh karena itu, edukasi bagi masyarakat, baik yang miskin maupun mampu secara ekonomi, sangat diperlukan. (adh)

No comments:

Post a Comment